Langsung ke konten utama

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK OTONOM


Assalamu'alaikum Wr. Wb

Dalam kesempatan kali ini, saya akan memaparkan tentang Manusia Makhluk Otonom. Sebagai makhluk otonom, manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan sikap, dengan kata lain, ia adalah makhluk yang mandiri. Secara etimologi, Otonomi berasal dari bahasa Yunani “autos” yang artinya sendiri, dan “nomos” yang berarti hukum atau aturan, jadi pengertian otonomi adalah pengundangan sendiri. Otonom berarti berdiri sendiri atau mandiri. Jadi setiap orang memiliki hak dan kekuasaan menentukan arah tindakannya sendiri. Ia harus dapat menjadi tuan atas diri. Berbicara mengenai manusia bukanlah sesuatu yang mudah dan sederhana, karena manusia banyak memiliki keunikan.
Manusia diberikan nikmat oleh Allah SWT secara gratis dan Cuma-Cuma. Sudah sepatutnya kita mensyukuri akan nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita. Allah meningatkan kepada manusia akan nikmat yang Allah berikan berulang sampai 31 kali dengan kalimat yang sama dalam Surah Ar-rahman. Firman Allah berbunyi :

Artinya :

“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”. (Q.S Ar-rahman : 55)

Adapun nikmat yang Allah SWT berikan:
1.      Nikmat Hidup.
Nikmat yang diberikan Allah SWT kepada semua makhluk yang diciptkannya, misalnya : manusia, hewan, tumbuhan, dll. Nikmat yang telah Allah berikan sudah sepatutnya kita melaksanakan kegiatan sesuai kehidupan. Contoh dari nikmat hidup adalah bernafas. Manusia bisa bernafas secara bebas dan gratis, dan jikalau udara tidak diberikan secara gratis pasti manusia berusah membeli atau mencari di Rumah sakit untuk mengambil udara agar tetap bisa bernafas bernafas dan menjalankan hidup.
2.      Nikmat Akal.
Nikmat yang diberikan Allah SWT hanya kepada Manusia saja. Maka dari itu manusia harusnya menjaga akal dalam dirinya agar bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. Dengan adanya akal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Tetapi terkadang karena akal pula manusia bisa menjadi jauh lebih buruk dari makhluk lain. Hewan melakukan sesuatu bukan karena akal tetapi hewan mengikuti sunnatullah.
3.      Nikmat Hidayah.
Nikmat yang diberikan Allah AWT hanya kepada sebagian manusia atau manusia pilihan Allah. Hidayah artinya petunjuk. Hidayah dapat muncul bukan karena ada di dalam Al-Qur’an saja. Tetapi, bisa didapat dari kehidupan sekitar. Misalnya, orang yang mengalami kecelakaan motor. Dari kecelakan yang menimpa itu dari sana manusia bisa sadar bahwa sesuatu bisa saja terjadi tanpa kehendaknya dan manusia akan sadar bahwa Allah yang bisa memberikan kesembuhan. Maka dari itu hidayah bisa saja di dapat dari sana.
Dalam Hadist disebutkan nikmat Allah yang paling sering dilupakan oleh Manusia ada dua, yaitu :
1.      Nikmat Sehat.
Manusia sering lupa akan nikmat sehat yang Allah berikan, maka dari itu disaat manusia sehat mereka sering lupa akan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagi seorang muslim. Mereka akan mengingat nikmat sehat ini dikala manusia mengalami sakit.
2.      Nikmat Waktu Senggang.
Manusia sering lupa akan waktu. Waktu Sholat saja terkadang manusia masih lupa, apalagi nikmat waktu senggang. Waktu senggang seharusnya kita gunakan dengan membaca Al-Qur’an, berdzikir, mengingat Allah atau bisa membaca buku pelajaran. Bukan justru kita menggunakan waktu senggang hanya untuk main Game, Shopping, dll.


Wassalamua’alaikum Wr. Wb.


SEMOGA BERMANFAAT”





Refrensi :
(Q.S Ar-rahman : 55)
Alliena Rofiah, Siti. 2016. Manusia sebagai makhluk otonom. http://sitiallienarofiah.blogspot.co.id/2016/12/manusia-makhluk-otonom.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Takaran Dan Timbangan

Assalamu'alaikum Wr. Wb Kali ini saya akan memaparkan artikel terkait dengan takaran dan timbangan. Takaran dan timbangan, untuk mengukur nilai suatu barang dan jasa, menentukan seluruh kehidupan kita.  Allah SWT juga sangat tegas di dalam memerintahkan kita menjaga takaran dan timbangan. Mencurangi takaran dan timbangan diancam dengan hukuman berat, dan Allah SWT menyebut pelakunya dengan istilah khusus, dalam satu surat,  yaitu  al Mutaffifin . Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Nasa’I, Rasul salallahualaihi wasallam berkata: “ Timbangan adalah timbangannya  orang Mekah, takaran adalah takarannya orang Madinah. ” Rasulullah SAW kemudian menetapkan timbangan ini dalam mithqal (1 Dinar) dan 7/10 mithqal (1 Dirham).  Atas dasar ketetapan tentang takaran (dan timbangan) yang berimplikasi kepada ketetapan tentang alat tukar itu, Rasulullah salallahualaihi wassalam, baru menetapkan ketentuan tentang zakat pada tahun ke-2 H. Dari setiap lima...

MAWARIS

Assalamu'alaikum Wr. Wb Kali ini saya akan memaparkan artikel terkait dengan MAWARIS. Pengertian Mawaris Kata mawaris berasal dari kata waris atau Al-miirats, waritsa yang berarti berpindahnya sesuatu yakni harta yang berupa materi dari seseorang yang disebut sebagai pewaris kepada orang lain yang disebut sebagai ahli waris. Ilmu yang mempelajari hal-hal yang menyangkut waris disebut dengan ilmu mawaris atau dikenal juga dengan istilah fara’id. Kata fara’id atau dalam bahasa arab, mafrud’ah, adalah bagian pada harta peninggalan yang telah ditentukan kadarnya. sedangkan secara istilah mawaris atau Warisan  diartikan sebagai perpindahan harta atau kepemilikan suatu benda dari orang meninggal dunia atau pewaris kepada ahli warisnya yang masih hidup. Dasar Hukum Mawaris Hukum mawaris mengatur hal-hal yang menyangkut harta peninggalan (warisan) yang ditinggalkan oleh ahli waris atau orang yang meninggal. Ilmu mawaris dalam islam mengatur peralihan harta peningga...

Halalan Thayyiban

Assalamu'alaikum Wr. Wb Kali ini saya akan memaparkan artikel terkait dengan halalan thayyiban. Dalam mengonsumsi makanan, umat Islam diperintahkan untuk memilih dan memakan makanan yang halal dan thayyib. Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan halal dan thayyib tersebut?  Kata halalan sendiri dalam bahasa Arab yaitu Halla yang artinya “Lepas” atau “Tidak terikat”. Sementara, kata Thayyib berarti “Lezat”, “Baik” dan “Sehat”, “mententeramkan”, “paling utama”. Terkait dengan makanan halal, kata thayib berarti makanan yang tidak kotor dari segi zatnya atau rusak (kadaluarsa) atau tercampur najis. Makanan yang tidak membahayakan fisik maupun akalnya ketika mengonsumsinya. Dapat diambil dari itulah pengertian makanan yang halal dan thayyib. Mengkonsumsi makananatau minuman juga jamu yang halalan thayyiban sangat erat kaitannya dengan masalah iman dan takwa. Keterikatan ini telah Allah SWT tegaskan dalam QS.Al-Maidah:88 : Artinya : “Dan makanlah makanan yang ha...